Satu tahun kepemimpinan  Prabowo Subianto sebagai Presiden dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden menuju visi “Indonesia Emas 2045”.

Pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, bersama Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden. Gibran mencetak rekor sebagai wapres termuda RI pada usia 37 tahun.
Dalam pelantikannya dan pidato awal, Prabowo menegaskan bahwa masa kontestasi telah usai, dan saatnya bersatu untuk memperjuangkan kemakmuran bangsa bersama, “tidak boleh ada yang tertinggal”.
Momentum ini memberikan harapan bahwa kepemimpinan baru bisa membawa nada segar: kombinasi kepemimpinan yang matang (Prabowo) dan representasi generasi muda (Gibran).

Dalam satu tahun awal, terdapat beberapa hal positif yang patut dicatat:
Penegasan komitmen terhadap pemerintahan yang inklusif, dengan pernyataan bahwa semua warga negara, termasuk yang tidak memilih mereka, akan dilayani.

Penguatan hubungan internasional dan diplomasi: Presiden melakukan kunjungan kerja ke Timur Tengah dan Turki sebagai bagian dari strategi memperkuat kerjasama global dan memperluas ruang manuver Indonesia.

Penegasan bahwa pelantikan besar-besaran kepala daerah (961 pemimpin daerah) dilakukan, sebagai langkah memperlancar koordinasi antar‑tingkat pemerintahan.

Di konteks visi “Indonesia Emas 2045”, yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju, sejahtera, dan berpengaruh di dunia pada usia 100 tahun kemerdekaan, kepemimpinan ini sejauh ini menunjukkan langkah‑awal yang penting: konsolidasi pemerintahan, pembaruan citra kepemimpinan, dan sinyal perubahan.

Namun demikian, satu tahun juga memperlihatkan tantangan nyata yang tidak bisa diabaikan: Meski komitmen inklusif dicanangkan, implementasi kebijakan besar masih harus diuji untuk efektivitas dan keadilan. Memastikan bahwa program‑program menyentuh kelompok paling rentan adalah aspek krusial.

Kepemimpinan generasi muda melalui Gibran menghadirkan harapan, namun juga skeptisisme karena faktor “politik dinasti” yang disebut dalam profilnya. Wajar jika publik menuntut transparansi dan akuntabilitas yang tinggi.

Pemerintahan baru biasanya menghadapi beban warisan: infrastruktur, birokrasi, regulasi, SDM, dan tantangan global seperti perubahan iklim, disrupsi teknologi, dan persaingan ekonomi. Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, langkah‑besar diperlukan dalam membaca dan merespon tren dunia, bukan hanya kebijakan domestik standar.

Kecepatan perubahan sering kali terbentur oleh birokrasi, kolaborasi antarlembaga, dan realitas anggaran. Dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, menjaga stabilitas fiskal sambil membiayai prioritas pembangunan menjadi tantangan besar.

Untuk benar‑benar menuju visi Indonesia Emas 2045, berikut beberapa peluang strategis yang dapat diperkuat oleh pemerintahan Prabowo‑Gibran:
1. Pengembangan sumber daya manusia (SDM): Investasi besar dalam kualitas pendidikan, pelatihan vokasi, dan adaptasi terhadap era digital menjadi kunci agar generasi muda siap bersaing di global. Gibran sebagai wapres muda bisa menjadi katalisator perubahan ini.
2. Down‑streaming industri dan nilai tambah ekonomi: Menggeser dari sekadar ekspor bahan mentah ke manufaktur dan jasa bernilai tinggi akan memperkuat daya saing Indonesia.
3. Infrastruktur dan konektivitas nasional: Memperkuat konektivitas antar wilayah (termasuk wilayah terdepan, tertinggal, terluar) akan membantu pemerataan pembangunan dan mendorong ekonomi lokal.
4. Inovasi teknologi dan ekonomi hijau: Di dunia yang semakin menuntut keberlanjutan, Indonesia punya peluang besar dalam energi terbarukan, pertanian canggih, dan ekosistem startup. Pemerintah baru perlu memfasilitasi regulasi dan investasi yang mendukung.
5. Reformasi birokrasi, good governance, dan transparansi: Untuk memastikan bahwa kebijakan tidak terhambat oleh korupsi atau inefisiensi, dan bahwa masyarakat benar‑benar merasakan manfaatnya.

Secara keseluruhan, satu tahun pemerintahan Prabowo‑Gibran bisa dikatakan sebagai permulaan yang menjanjikan, dengan simbol‑yang kuat dan komitmen yang nyata. Namun, untuk menuju Indonesia Emas 2045, diperlukan lompatan kebijakan, konsistensi pelaksanaan, dan keterlibatan luas semua elemen bangsa. Harapan besar memang melekat, namun bukan sekadar harapan, harus diterjemahkan ke dalam program dan hasil yang nyata bagi rakyat sehari‑hari.
Jika pemerintahan ini mampu menjaga momentum, mengatasi hambatan dengan cepat, dan memprioritaskan pembangunan yang inklusif, maka visi Indonesia Emas 2045 bukanlah mimpi yang terlalu jauh.

Agus Susanto, SE (Founder Jurnalispreneur.id Yogyakarta)


MITRA JURNALISPRENEUR.ID