Slamet Ngasong Bakso Mengais Rezeki Lewati Pandemi. Ini Terbukti!

(Sleman,Jurnalispreneur.id) – Banyak cara dilakukan untuk menopang kehidupan. Seperti sosok Slamet 50 tahun memilih berjualan bakso kuah untuk mengais rezeki. Jualan bakso yang dilakoni sejak tahun 1989 sebelum menikah.

Slamet yang berasal dari Malang Jawa Timur memang terkenal dengan bakso Malang. “Awalnya berjualan bakso bekerja pada juragan di kota Semarang ” cerita Slamet saat ditemui Jurnalispreneur.id saat melayani pelanggan di padukuhan Kemasan, Sendangtirto, Berbah Sleman Seninย  (27/1/25).

Setelah berjualan bakso di Semarang, Slamet pindah ke Jogja di wilayah kapanewon Berbah, dengan tetep berjualan bakso juga masih ikut bekerja pada juragan lain.

“Saat itu berjualan masih menggunakan pikulan, berjalan kaki karena berjualan tidak mangkal di suatu tempat tapi berkeliling dari kampung ke kampung,” ucap Slamet.

Setelah beberapa waktu juragan membuat gerobak bakso yang didorong sehingga memperingan ketika berjualan dan jangkauan jualan bisa lebih jauh.

Slamet bersama istri dan anaknya tinggal di Kadisono rt 1 rw 12 , Tegaltirta, Berbah, Sleman, DIY, karena kebetulan istrinya berasal dari Kadisono. Pada tahun 2016 dirinya memberanikan diri mandiri tidak ikut orang lain. Dia berjualan bakso karena sudah punya pelanggan dagangan cukup menggembirakan. Usaha bakso keliling dinamai Bakso Nawaitu Barokah.

Setahun berjualan bakso secara mandiri ada tetangga dari Malang tempat asalnya, yang mengikuti jejaknya berjualan bakso.

Dalam berjalannya waktu Slamet mempunyai 4 orang yang ikut berjualan bakso dengannya. Karena rumahnya di Kadisono tidak mencukupi Slamet menyewa rumah di Munggon, untuk tempat produksi dan tidur bagi penjual bakso yang ikut dengannya.

Sampai akhirnya semuanya berubah ketika pandemi covid 19 tahun 2020, perekonomian menjadi semakin sulit semua terpuruk. Termasuk usaha baksonya Slamet juga terpuruk. Hingga akhirnya melepaskan semua teman teman yang sudah membantu, karena sulitnya perekonomian di saat pandemi. Dirinya tidak mampu membiayai usahanya.

Slamet sedang melayani pembeli

Tapi kehidupan harus berjalan Slamet yang mempunyai dua orang anak laku laki yang pertama sudah bekerja, anak kedua sekolah di SMP Negri 1 Berbah. Dirinya tetap berjualan meski dilakukan sendiri.

Menggunakan motor yang dilengkapi rombong untuk berjualan bakso berkeliling menjelahi kampung di sekitaran kapanewon Berbah. Dirinya tidak mangkal di suatu tempat.

Seperti pedagang yang lain dia juga akan datang di keramain ketika ada tontonan jathilan, wayangan senam atau yang keramain yang lain. Slamet tidak ngoyo ketika menjalankan usahanya.

Ketika pagi sudah selesai menyiapkan dagangan bakso dia istirahat atau mengerjakan pekerjaan lain.

“Setiap hari mulai jualan sekitar jam satu siang sampai jam 12 malam,” kata Slamet. “Namun itu juga tergantung kondisi yang ada,” tambahnya.

Setiap harinya omset penjualan Slamet 350 ribu. Omset itu akan tambah besar ketika hari hari tertentu. Karena dirinya pada malam kamis dan malam jumat dan malam senin mangkal jualan di masjid Sulthoni Purboyo yang ramai pengunjung pada malam itu. “Kalo malam tersebut banyak pengunjung omset juga akan bertambah menjadi sekitar 450 ribu,” tuturnya.

Selain menjajakan baksonya keliling dari kampung ke kampung dirinya juga sering mendapatkan pesanan khusus misal untuk acara resepsi, pengajian, arisan, buka bersama atau jumat berkah.

“Harga setiap porsi 8 ribu saat jualan keliling. Namun bila mendapatkan panggilan harga menyesuaikan pelanggan. Bisa di harga 5 ribu per porsi tergantung permintaan pelanggan,” ujar Slamet.

Dengan berusaha berjualan bakso dirinya bisa menghidupi keluarganya, membiayai sekolah kedua anaknya.

“Saya sudah sangat bersyukur bisa membiayai sekolah anak anak, semoga kelak anak saya lebih sukses dari dirinya,” pungkas Slamet mengakhiri cerita di sore yang mendung. (Kus)


MITRA JURNALISPRENEUR.ID