Soroti Dampak Media Digital di Era Disinformasi, Kagama Persma Gelar Seminar Nasional

Foto bersama (Foto: Herdy)
Foto Bersama Narasumberย  (Foto: Herdy)

Jurnalispreneur.id, Yogyakarta,3/11/25- Merayakan ulang tahun ke-40 Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung UGM, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Komunitas Pers Mahasiswa (Kagama Persma) menggelar seminar nasional bertajuk โ€œDisinformasi & Algoritma: Bagaimana Media Digital Membentuk Opini Publikโ€.

Seminar ini diadakan di University Club UGM pada Sabtu, 1 November 2025, dan secara khusus menyoroti tentang pengaruh teknologi algoritma media digital dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap berbagai isu publik.

Acara tersebut mendapatkan sambutan hangat dan dihadiri oleh berbagai kalangan, mahasiswa, akademisi, alumni UGM, jurnalis dan sejumlah pegiat media di Yogyakarta.

Ketua Kagama Persma Dia Mawesti dalam sambutannya menyoroti pengaruh besar disinformasi dan algoritma media sosial dalam membentuk opini publik di era digital.

โ€œTeknologi โ€” khususnya algoritma โ€” tidak hanya jadi alat, tetapi juga jadi โ€˜aktorโ€™ yang sangat berperan dalam membentuk opini publik dan persepsi masyarakat, bahkan menentukan isu apa yang dianggap penting dan apa yang dilupakan,โ€ ujarnya.

Dia menilai tantangan yang dihadapi dunia pers saat ini jauh berbeda dari masa lalu. Jika dulu jurnalis menghadapi tekanan dalam bentuk sensor dan represi fisik, kini medan pertempuran bergeser ke ranah digital dengan tantangan berupa banjir informasi, disinformasi, serta bias algoritmik.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, menyinggung tentang peran pers mahasiswa (persma) saat ini. Persma masih memiliki peran yang relevan dalam menyuarakan kebebasan berpendapat terutama di tengah era disinformasi dan gempuran kecerdasan artifisial (AI) yang saat ini terjadi.

Aghnia Adzkia, Asia Pacific Visual and Data Journalist BBC News, dalam paparannya menyampaikan pengaruh AI dalam perkembangan disinformasi. AI memang membawa dampak positif dalam banyak hal namun sekaligus mengandung sejumlah hal negatif.

Elin Y Kristanti, Direktur Eksekutif Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), memaparkan dampak buruk kehadiran digitalisasi terhadap perkembangan media massa. Digitalisasi memang menghadirkan keterbukaan terhadap informasi secara lebih luas namun sekaligus menggerus tingkat kepercayaan publik terhadap informasi yang disajikan oleh media massa.

Fransiskus Surdiarsis, anggota Komite Independen Publisher Right, lebih menyoroti platfrom AI yang tidak bertanggung jawab khususnya bagi keberadaan perusahaan media.

Abdul Gaffar Karim, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UGM menyoroti dampak disinformasi terhadap kualitas demokrasi modern. Menurut dia, keberadaan disinformasi ternyata berkontribusi besar terhadap penurunan kualitas demokrasi.

Gaffar berpesan bahwa kata kunci untuk menguatkan demokrasi modern saat ini adalah perang melawan disinformasi. “Karena disinformasi adalah perusak demokrasi modern,” ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


MITRA JURNALISPRENEUR.ID