Opini : Puasa Ramadhan, Belanja Rumah Tangga, dan Evaluasi Diri

(Jurnalispreneur.id, Yogyakarta) – Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momen untuk meningkatkan ketakwaan, mengendalikan hawa nafsu, dan memperbaiki diri. Salah satu aspek penting dalam bulan suci ini adalah bagaimana kita mengelola konsumsi dan belanja rumah tangga agar tetap sesuai dengan nilai kesederhanaan yang diajarkan dalam Islam.

Namun, realitas yang terjadi sering kali bertolak belakang. Banyak keluarga justru mengalami peningkatan pengeluaran selama bulan Ramadhan, terutama untuk belanja bahan makanan, takjil, dan persiapan Idul Fitri. Keinginan untuk menyajikan hidangan berbuka yang lebih istimewa, berbuka bersama di luar, serta berbelanja pakaian dan barang baru sering membuat anggaran membengkak. Ini menunjukkan bahwa meskipun secara fisik kita berpuasa, sering kali kita masih belum bisa menahan diri dalam hal konsumsi dan pengeluaran.

Oleh karena itu, Ramadhan juga harus menjadi momen evaluasi diri, baik dalam aspek spiritual maupun finansial. Kita bisa bertanya pada diri sendiri: Apakah kita sudah menjalani puasa dengan penuh kesadaran? Apakah kita sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam hal belanja dan konsumsi? Apakah kebiasaan selama Ramadhan mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama?

Ironisnya, esensi puasa yang seharusnya melatih kesederhanaan dan pengendalian diri justru sering tergeser oleh pola konsumsi yang lebih boros. Padahal, dengan perencanaan keuangan yang baik, pengeluaran selama Ramadhan bisa lebih terkendali. Misalnya, dengan membuat daftar belanja yang sesuai kebutuhan, menghindari belanja impulsif saat lapar, serta lebih banyak memasak sendiri dibanding membeli makanan jadi.

Dengan melakukan evaluasi diri, kita bisa memperbaiki pola konsumsi, lebih bijak dalam mengelola keuangan, dan lebih fokus pada esensi Ramadhan yang sebenarnya. Puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi juga latihan untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, sederhana, dan penuh empati terhadap orang lain. Jika hal ini bisa diterapkan, maka Ramadhan akan menjadi ajang perbaikan diri yang membawa berkah tidak hanya untuk satu bulan, tetapi juga untuk kehidupan setelahnya.

Agus Susanto, SE (Founder Jurnalispreneur.id)


MITRA JURNALISPRENEUR.ID